Maag dan GERD sudah menjadi penyakit yang merajalela di berbagai kalangan masyrakat saat ini.
Bahkan, ada beberapa yang menganggap Maag dan GERD sebagai tanda seseorang yang rajin atau pekerja keras.
Dibalik itu semua, Maag dan GERD adalah penyakit yang sangat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Terkadang cukup membuat bingung seseorang apakah saat ini dia terkena Maag atau bahkan sudah terkena GERD.
Perbedaan Utama Maag & GERD
Maag sering disebut Gastritis atau Dispepsi oleh beberapa ahli kesehatan lainnya.
Maag lebih dianggap sebagai istilah awam daripada istilah medis.
Secara sederhana, Maag adalah kondisi peradangan di lambung yang berawal dari produksi asam lambung yang tinggi.
Peradangan tersebut terjadi dan membuat berbagai proses pencernaan rusak dan keseimbangan bakteri pencernaan berantakan.
Beda dengan GERD (Gastroesophageal Reflux Disease), peradangannya terjadi di kerongkongan dan sekitarnya.
Asam lambung keluar (reflux) dan melukai kerongkongan.
Apabila Maag hanya di lambung, GERD terjadi di kerongkongan dan sekitarnya.
Gejala Umum Maag
Produksi asam lambung yang tinggi akhirnya melukai dinding lambung.
Luka yang terjadi ikut memicu berbagai reaksi peradangan di lambung.
Luka dan peradangan tersebut yang memunculkan gejala-gejala Maag.
Gejala Maag yang umum dirasakan:
- Nyeri ulu hati.
- Terasa mual atau muntah.
- Perut terasa kembung dan begah.
- Tekanan darah rendah atau anemia yang cukup lama
Seseorang dapat mengetahui dengan cepat gejala maag karena biasa terjadi tepat sebelum atau sesudah makan.
Terutama, apabila seseorang sudah memiliki jadwal makan yang teratur tapi tiba-tiba jadi berantakan.
Serta, apabila seseorang konsumsi makanan porsi besar diluar dari porsi makan biasanya.
Gejala Umum GERD
Saat katup lambung sudah melemah dan tekanan dalam lambung tinggi, asam lambung dapat keluar ke kerongkongan.
Sel-sel di kerongkongan dan sekitarnya seketika luka akibat asam lambung.
Serupa dengan maag, luka tersebut memicu reaksi peradangan dan memunculkan gejala GERD.
Gejala GERD yang umum diarasakan:
- Nyeri dada dan sekitarnya.
- Dada terasa panas.
- Lidah terasa asam atau pedas.
- Berdebar-debar tanpa riwayat penyakit jantung.
- Sering terasa mual yang disertai muntah.
Secara teori, gejala GERD seperti diatas.
Tetapi, realitanya gejala GERD terasa sangat berat apabila muncul.
Beberapa penderita GERD menggambarkan gejala dengan rasa tidak nyaman yang sangat berat.
Tidak jarang penderita GERD mengalami kecemasan dan serangan panik saat gejala GERD muncul.
Hal ini disebabkan karena gejala terasa di dada dan sedikit menyerupai serangan jantung.
Penyebab Gejala Maag & GERD
Meskipun gejalanya cukup berbeda, penyebabnya dapat dikatakan hampir sama.
Kedua penyakit tersebut juga sama-sama merupakan penyakit pola hidup.
Pola hidup yang kurang sehat dapat memudahkan terjadinya Maag dan GERD, serta membuatnya kambuh setelah sembuh total.
Penyebab umum Maag dan GERD antara lain:
- Kebiasaan makan lemak jenuh seperti gorengan, daging, jeroan, atau makanan yang digoreng dan ditumis.
- Minuman pemicu asam lambung yang mengandung kafein, soda, atau alkohol.
- Jarang makan sayur buah segar dalam menu makanan sehari-hari.
- Stres berlebihan dan berkepanjangan.
- Pola tidur yang berantakan dan kurang berkualitas.
- Infeksi dari bakteri jahat.
- Frekuensi & porsi ngemil yang berlebihan.
Atasi Dengan Pola Hidup Sehat
Obat dapat dengan cepat dan efektif menghilangkan gejala.
Akan tetapi, tanpa perbaikan pola hidup, saat dosis obat menghilang, gejala akan muncul lagi seketika.
Beberapa kondisi bahkan menjadi lebih parah gejala yang muncul.
Perbaikan pola hidup seperti ini dapat membantu mengatasi Maag dan GERD secara tuntas:
- Konsumsi obat maag atau GERD sesuai aturan dan arahan Dokter.
- Hentikan konsumsi makanan dan minuman pemicu.
- Perbaiki jadwal tidur lebih teratur.
- Belajar untuk manajemen stres sehari-hari.
- Konsumsi sayur buah segar minimal 400 gram setiap hari.
- Berlatih puasa secara bertahap dan teratur.
Ingat obat hanya untuk menghilangkan gejala yang muncul.
Proses penyembuhan dilakukan oleh tubuh kita sendiri.
Sudah kewajiban kita untuk membantu proses penyembuhan tersebut dengan pola hidup yang sehat dari sekarang.
- Laurila A., et. al. 2001. High-Fat, High-Cholesterol Diet Increases the Incidence of Gastritis in LDL Receptor-Negative Mice. Arteriosclerosis Thrombosis and Vascular Biology. DOI: 10.1161/01.ATV.21.6.991
- Larsson S.C., et. al. 2006. Fruit and Vegetable Consumption and Incidence of Gastric Cancer: A Prospective Study. Cancer Epidemiology, Biomarkers and Prevention. DOI: 10.1158/1055-9965.EPI-06-0402
- Sethi S. and Richter J.E. 2017. Diet and Gastroesophageal Reflux Disease: Role in Pathogenesis and Management. Current Opinion in Gastroenterology. DOI: 10.1097/MOG.0000000000000337
- Surdea-Blaga T., et. al. 2017. Food and Gastroesophageal Reflux Disease. Current Medicinal Chemistry. DOI: 10.2174/0929867324666170515123807
- Fujiwara Y., et. al. 2005. Association Between Dinner-to-Bed Time and Gastro-Esophageal Reflux Disease. American Journal of Gastroenterology. DOI: 10.1111/j.1572-0241.2005.00354.x
- Cela L., et. al. 2012. Lifestyle Characteristics and Gastroesophageal Reflux Disease: A Population-Based Study in Albania. Gastroenterology Research and Practice. DOI: 10.1155/2013/936792
- Mard S.A., et. al. 2014. Dietary Factors in Relation to Helicobacter pylori Infection. Gastroenterology Research and Practice. DOI: 10.1155/2014/826910
- Jarosz M. and Taraszewska A. 2014. Risk Factors for Gastroesophageal Reflux Disease: The Role of Diet. Przegląd Gastroenterologiczny. DOI: 10.5114/pg.2014.46166
- Keshteli A.H., et. al. 2017. The Relationship between Fruit and Vegetable Intake with Gastroesophageal Reflux Disease in Iranian Adults. Journal of Research in Medical Sciences. DOI: 10.4103/jrms.JRMS_283_17: 10.4103/jrms.JRMS_283_17
- Wildi S. M., et. al. 2004. The Influence of Rapid Food Intake on Postprandial Reflux: Studies in Healthy Volunteers. American Journal of Gastroenterology. DOI: 10.1111/j.1572-0241.2004.30273.x
- Festi D., et. al. 2009. Body Weight, Lifestyle, Dietary Habits and Gastroesophageal Reflux Disease. World Journal of Gastroenetrology. DOI: 10.3748/wjg.15.1690
- Wu K., et. al. 2013. Effect of Liqiud Meals with Different Volumes on Gastroesophageal Reflux Disease. Journal of Gastroeneterology and Hepatology. DOI: 10.1111/jgh.12457
- Wu K., et. al. 2017. The Effect of Dietary Carbohydrate on Gastroesophageal Reflux Disease. Journal of the Formosan Medical Association. DOI: 10.1016/j.jfma.2017.11.001
- Nowak M., et. al. 2006. Effectiveness of lifestyle measures in the treatment of gastroesophageal reflux disease – a case series. Therapeutics and Clinical Risk Management. DOI: 10.2147/tcrm.2006.2.3.329
- Kubo A., et. al. Dietary Antioxidants, Fruits and Vegetables, and the Risk of Barret's Esophagus. The American Journal of Gastroenterology. DOI: 10.1111/j.1572-0241.2008.01838.x