Tata cara pesan
Penyakit autoimun dapat dicegah dan diatasi bila diketahui dengan cepat.
Sayangnya, baru sedikit yang tahu ciri penyakit autoimun dan kapan harus segera ke dokter.
Obat saja tidak cukup untuk mengatasi autoimun, harus menyeluruh agar mencegah gejalanya kambuh dalam jangka panjang.
Apakah Penyakit Autoimun Itu?
Penyakit autoimun adalah kondisi peradangan yang sangat tinggi hingga sistem imun menyerang sel tubuh sendiri.
Kondisi autoimun yang tidak diatasi dengan baik dapat membuat kegagalan fungsi organ-organ penting tubuh.
Beberapa ahli berpendapat bahwa autoimun tidak bisa sembuh.
Tetapi, sudah mulai ada penelitian dilakukan dan menunjukkan harapan autoimun dapat disembuhkan.
Ciri Penyakit Autoimun.
Penyakit autoimun itu sendiri memiliki berbagai jenis, antara lain:
- Rheumatoid Arthritis.
- Systemic Lupus Erythematosus (SLE).
- Psoriasis/Psoriatic Arthritis.
- Multiple Sclerosis.
- Myasthenia Gravis.
- Sjogren's Syndrome.
- Idiopathic/Immune Thrombocytopenic Purpura (ITP).
- Guillain Barre Syndrome (GBS).
- Diabetes Mellitus Tipe 1.
- Grave's Disease.
- Hashimoto's Disease.
- Kawasaki Syndrome.
Tiap jenis memiliki ciri-ciri yang berbeda karena menyerang organ yang berbeda juga.
Umumnya, diawali dengan tanda seperti ini:
- Demam yang tidak sembuh > 14 hari.
- Ada 1 atau banyak sendi bengkak dan sakit.
- Sering lemas dan pingsan.
- Muncul bercak merah yang banyak dan menyebar.
- Tangan, kaki, atau pinggang sangat sakit saat digerakan.
Tanda diatas dapat terjadi lebih dari 1-2 bulan dan tidak sembuh meskipun sudah diobati secara rutin.
Penyebab Penyakit Autoimun.
Penyebab pasti penyakit autoimun masih belum diketahui dan diteliti oleh para ahli.
Tetapi, diperkirakan akibat dari:
- Infeksi yang tidak sembuh sempurna.
- Alergi tidak dikendalikan dengan tuntas.
- Kekurangan nutrisi penting.
- Terkena bahan kimia tambahan di makanan/minuman.
- Keseimbangan bakteri usus yang berantakan.
- Aktivitas fisik yang terlalu berat.
- Kelainan genetik.
Beberapa diantaranya didapatkan dari kebiasaan pola hidup yang buruk seperti:
- Keseringan cemilan micin dan berbahan pengawet.
- Kebanyakan minum minuman berbahan kimia.
- Frekuensi ngemil yang kebanyakan.
- Malas makan buah dan sayuran segar tiap hari.
- Olahraga yang tidak teratur dan seimbang.
- Jadwal tidur yang berantakan.
Cara Alami Atasi Autoimun.
Segera periksa dan ke dokter dan konsumsi obat sesuai aturan dokter.
Selain itu, kamu juga harus bantu tubuh kamu dalam proses penyembuhan.
Jadi gejala dapat mereda lebih cepat dan terjaga lebih lama.
Kamu dapat tambahkan cara alami seperti:
- Batasi makan makanan gula, tepung, dan gorengan.
- Ganti dan pilih protein dan lemak baik seperti ikan, alpukat, kacang, atau biji-bijian.
- Konsumsi sayuran segar minimal 400 gram/hari.
- Hindari minuman dengan tambahan gula, soda, atau alkohol.
- Perbaiki jadwal dan kualitas tidur.
- Latihan relaksasi dan pengendalian stress.
- Latihan puasa minimal 1x/minggu secara teratur.
Bantu Redakan Gejala Autoimun Dengan Paket Detox.
Metode puasa mampu membantu tubuh mempercepat proses pengobatan dan penyembuhan.
Saat ditambah nutrisi sayuran segar, proses tersebut akan lebih maksimal.
Paket detox adalah kombinasi ampuh puasa dan sayuran segar yang dapat berikan manfaat kesehatan tubuh lebih maksimal.
Rutin puasa 1x/minggu dengan paket detox akan memberikan manfaat seperti:
- Meredakan reaksi peradangan tubuh.
- Meredakan rasa sakit.
- Menjaga kesehatan sendi dan tulang.
- Memberikan asupan nutrisi penting cepat serap.
- Memaksimalkan self-healing tubuh.
Sangat penting untuk tetap jaga pola hidup selalu sehat dan lakukan rutin detox 1x/minggu.
- Necioni A., et. al. 2018. Fasting and Cancer: Molecular Mechanisms and Clinical Application. Nature Reviews Cancer. DOI: 10.1038/s41568-018-0061-0
- de Groot S., et. al. 2019. Effects of Short-Term Fasting on Cancer Treatment. Journal of Experimental and Clinical Cancer Research. DOI: 10.1186/s13046-019-1189-9
- Bagherniya M., et. al. 2018. The Effect of Fasting or Calorie Restriction on Autophagy Induction: a Review of the Literature. Ageing Research Reviews. DOI: 10.1016/j.arr.2018.08.004
- Durazzo A., et. al. 2018. Fruit-Based Juices: Focus on Antioxidant Properties - Study Approach and Update. Phytotherapy Research. DOI: 10.1002/ptr.6380
- Bellik Y., e.t al. 2013. Molecular Mechanism Underlying Anti-Inflammatory and Anti-Allergic Activities of Phytochemicals: An Update. Molecules. DOI: 10.3390/molecules18010322
- Holst B. and Williamson G. 2008. Nutrients and Phytochemicals: from Bioavailability to Bioefficacy beyond antioxidants. Current Opinion in Biotechnology. DOI: 10.1016/j.copbio.2008.03.003
- Pandey K.B. and Rizvi S.B. 2009. Plant Polyphenols as Dietary Antioxidants in Human Health and Disease. Oxidative Medicine and Cellular Longevity. DOI: 10.4161/oxim.2.5.9498
- Gedi M.A., et. al. 2017. Component Analysis of Nutritionally Rich Chloroplasts: Recovery from Conventional and Unconventional Green Plant Species. Journal of Food Science and Technology. DOI: 10.1007/s13197-017-2711-8
- Amirkia V. and Heinrich M. 2014. Alkaloids as Drug Leads - A Predictive Structural and Biodiversity-based Analysis. Phytochemistry Letters. DOI: 10.1016/j.phytol.2014.06.015
- Abourashed E.A. 2013. Bioavailability of Plant-Derived Antioxidants. Antioxidants. DOI: 10.3390/antiox2040309
- Schaefer B.A., et. al. 2012. Cancer and Related Case Studies Involving Salvestrol and CYP1B1. Journal of Orthomolecular Medicine, Vol 23 Number 3.
- Slavin J.L. and Lloyd B. 2012. Health Benefits of Fruits and Vegetables. Advances Nutrition. DOI: 10.3945/an.112.002154