Tata cara pesan
Maag GERD bukanlah kondisi yang bisa dicuekin terus menerus.
Minum obat berkali-kali setiap gejala muncul tidak akan menyelesaikan masalah yang terjadi di dalam tubuh karena Maag GERD.
Untuk mengatasi gejala dan mencegahnya kambuh lagi perlu penanganan khusus yang lebih menyeluruh.
Selama tidak diatasi dengan sempurna dan hanya minum obat setiap muncul gejala, akan banyak masalah dan bahaya kesehatan yang dapat muncul di kemudian hari.
Apa Saja Sih Penyakit Asam Lambung Itu?
Sebelumnya, kita harus tahu dulu apa sih Asam Lambung itu?
Asam lambung adalah cairan asam yang dihasilkan lambung untuk mencerna segala makanan padat yang masuk.
Setiap kali kita makan, asam lambung akan keluar untuk mencerna. Masalah timbul saat produksinya terlalu banyak atau terlalu sering.
Cairan asam lambung dapat dengan cepat merusak dinding lambung dan sekitarnya.
Maag adalah kumpulan gejala dari kondisi peradangan di lambung akibat produksi asam lambung yang tinggi.
Hal ini juga mengakibatkan kondisi mikroorganisme di lambung menjadi berantakan dan ikut merusak.
Apabila ditambah dengan lemahnya katup atas lambung, maka terjadilah yang disebut GERD (Gastroesophageal Reflux Disease).
GERD adalah kondisi keluarnya asam lambung ke kerongkongan.
Hal ini menyebakan kerusakan dan luka di kerongkongan dan sekitarnya.
Apabila kerusakan tersebut mencapai leher dan sekitarnya, terjadi yang disebut LPR (Laryngopharyngeal Reflux).
Istilah Maag itu sendiri sangat jarang digunakan di kalangan medis & ilmiah.
Namun, untuk membantu masyarakat lebih mudah memahami masalah asam lambung, kita akan tetap gunakan istilah tersebut disini.
Apa Saja Gejala Yang Ada?
Maag memiliki gejala yang khas karena lokasinya terjadi hanya di lambung.
Gejala Maag yang umum antara lain:
- Nyeri seperti dicubit atau ditekan di ulu hati.
- Mual dan kadang disertai muntah.
- Kepala terasa pusing atau berdenyut.
- Terkadang disertai diare.
- Perut bagian atas terasa begah atau kembung.
Apabila Maag sudah terjadi cukup lama, akan ada tekanan darah rendah atau anemia.
Gejala pada GERD sebenarnya tidak terlalu jauh berbeda.
Umumnya, pada GERD akan muncul tambahan gejala:
- Dada terasa nyeri atau panas.
- Sesak napas dan memberat saat rebahan.
- Lidah terasa asam atau pedas.
- Sendawa disertai rasa asam atau panas.
- Berdebar-debar tanpa ada riwayat penyakit jantung.
Gejala pada GERD umumnya juga ada di LPR. Gejala LPR akan muncul tambahan gejala seperti:
- Tenggorokan sakit.
- Susah menelan.
- Suara serak tanpa ada dahak.
- Batuk kering yang tidak kunjung sembuh.
Beberapa kondisi mungkin akan muncul gejala yang berbeda, tetapi, apabila ada 1-3 gejala diatas, kamu dapat curiga kemungkinan kamu sedang terkena penyakit asam lambung.
Kapan Harus Ke Dokter?
Tidak semua kondisi harus langsung ke dokter, tetapi jangan juga disepelekan kalau sudah muncul gejala seperti dibawah ini:
- Gejala sudah terjadi >2-3 minggu berturut-turut
- Frekuensi muncul hampir setiap hari.
- Mengganggu aktivitas normal sehari-hari.
- Susah atau tidak dapat makan secara normal.
- Badan sering terasa sangat lemas dan pusing.
Bahaya Kalau Tetap Cuek
Ada 2 tipe orang saat gejala muncul:
- Tipe 1: Ga peka dan menganggap tubuhnya “sehat-sehat saja”.
- Tipe 2: Langsung lari dan berpegangan terus dengan obat.
Dampak yang terjadi di orang tipe 1 antara lain:
- Perdarahan lambung atau kerongkongan.
- Anemia kronis.
- Diare kronis.
- Sering lemas hingga pingsan.
- Malnutrisi.
- Resiko tumor/kanker lambung.
Dampak yang terjadi di orang tipe 2 antara lain:
- Susah atau jarang BAB.
- Berat badan naik atau turun dengan cepat.
- Gampang muncul alergi makan/minuman.
- Sering terserang infeksi pencernaan.
- Gejala kambuh lebih berat.
Obat dapat mengatasi gejala dengan cepat, tetapi tanpa perbaikan pola hidup, gejala akan tetap muncul dan dapat terjadi lebih berat.
Saat gejala muncul, baik itu ringan ataupun berat, kamu tetap harus segera lakukan perbaikan pola hidup secara menyeluruh.
Sering Makan Ga Bisa Atasi Maag
Sering makan cuma menutupi gejala maag saja, tetapi kondisi rusaknya lambung akibat maag tidak teratasi sama sekali.
Sering makan tidak mengatasi gejala Maag, tapi justru membuat gejala-nya semakin sering muncul karena:
- Membuat asam lambung terproduksi terus menerus karena harus mencerna makanan yang masuk terus.
- Tidak memberikan waktu untuk lambung istirahat dari proses mencerna jadi proses regenerasi sel terhambat.
- Ikut memberikan makanan untuk bakteri yang jahat apalagi klo makannya sembarangan akan membawa toksin merusak cairan pelindung dan sel lambung.
Cara Jitu Atasi Maag
Untuk mengatasi Maag hingga tuntas, maka harus diperkuat faktor pelindungnya.
Kalau faktor pelindung selalu lebih berat daripada faktor perusak, gejala maag tidak akan pernah timbul.
- Mengurangi porsi harian makanan yang mengandung karbohidrat sederhana tinggi seperti: Nasi putih, roti, kue, mie, pasta, minuman manis atau dengan susu kental manis atau makanan/minuman lainnya yang terdapat adonan tepung atau gula tambahan.
- Mengurangi porsi harian makanan yang mengandung lemak, terutama lemak jenuh dan teroksidasi seperti: semua makanan yang digoreng dan ditumis, protein hewani terutama daging-daging merah dan jeroan, makanan dengan santan yang dimasak.
- Konsumsi obat pereda nyeri, atau antibiotik dan obat maag sesuai anjuran dokter karena obat-obat tersebut memiliki efek samping yang meningkatkan produksi asam lambung dan mengiritasi sel-sel lambung.
- Kurangi konsumi makanan dan minuman yang mengandung kafein seperti kopi, teh, soda, atau kue-kue yang mengandung adonan kopi tambahan.
- Makan dengan jadwal yang teratur setiap hari.
- Perbanyak porsi makanan sayur, buah, dan makanan dari tumbuhan lainnya didalam porsi makan sehari-hari.
Cara Detox Mengatasi Maag Dengan Efektif
Paket Detox Maag memiliki keunggulan dalam mengatasi maag, GERD, dan LPR dengan jitu dan efektif.
Lakukan rutin detox dengan Paket Detox Maag akan sangat membantu karena:
- Metode puasa makanan padat seharian mengistirahatkan dahulu proses mencerna dan produksi asam lambung sehingga memberikan waktu untuk sel-sel lambung yang rusak untuk menyembuhkan diri.
- Makanan dalam bentuk cairan seperti cold pressed juice tidak perlu dicerna seperti makanan padat, jadi organ pencernaan dapat langsung menyerap kandungan nutrisinya.
- Kandungan serat larut air yang masih terjaga di cold pressed juice akan membantu melarutkan asam lambung yang tinggi, serta membantu proses pencernaan menjadi lebih ringan.
- Beragam phytonutrisi yang terdapat dalam sayur dan buah yang masih terjaga dengan baik di cold pressed juice sangat membantu mengatas maag karena:
- Bersifat antioksidan sehingga menjaga proses regenerasi sel dan juga sel-sel yang masih sehat dari kerusakan akibat paparan radikal bebas.
- Bersifat anti-radang sehingga mempercepat proses peradangan yang terjadi di lambung dan memberikan waktu lebih banyak untuk proses penyembuhan.
- Bersifat anti-mikroorganisme sehingga aktivitas mikroorganisme di lambung yang berlebihan bisa diatasi lebih efektif.
- Bersifat anti-tumor/cancer sehingga sel-sel yang rusak dicegah semakin rusak dan menjadi sel tumor/cancer tetapi dijaga proses penyembuhannya menjadi sel sehat lagi.
- Bersifat menurunkan rangsangan produksi asam lambung dan membantu sel lambung memproduksi cairan pelindung.
- Capuano E. 2016. The behavior of dietary fiber in the gastrointestinal tract determines its physiological effect. Critical Reviews in Food Science and Nutrition. DOI: 10.1080/10408398.2016.1180501
- Zhang M. and Yang X. 2016. Effects of a High Fat Diet on Intestinal Microbiota and Gastrointestinal Diseases. World Journal of Gastroenterology. DOI: 10.3748/wjg.v22.i40.8905
- Saqui-Salces M., et. al. 2012. A High Fat Diet Regulates Gastrin and Acid Secretion Through Primary Cilia. The FASEB Journal. DOI: 10.1096/fj.11-197426
- Little T. J., et. al. 2007. Modulation by High Fat Diets of Gastrointestinal Function and Hormones Associated with the Regulation of Energy Intake: Implications for the Pathophysiology of Obesity. The American Journal of Clinical Nutrition. DOI: 10.1093/ajcn/86.3.531
- Arita S., et. al. 2019. Dietary Fat-Accelerating Leptin Signaling Promotes Protumorigenic Gastric Environment in Mice. Nutrients. DOI: 10.3390/nu11092127
- Laurila A., et. al. 2001. High-Fat, High-Cholesterol Diet Increases the Incidence of Gastritis in LDL Receptor-Negative Mice. Arteriosclerosis Thrombosis and Vascular Biology. DOI: 10.1161/01.ATV.21.6.991
- Kusters J. G., et. al. 2006. Pathogenesis of Helicobacter pylori Infection. Clinical Microbiology Reviews. DO:10.1128/CMR.00054-05
- Kahleova H., et. al. 2014. Eating Two larger Meals a Day (breakfast and lunch) is More Effective then Six Smaller Meals in a Reduced -Energy Regimen for Patients with type 2 Diabetes: a Randomised Crossover Study. Diabetologia. DOI: 10.1007/s00125-014-3253-5
- Liu R. H. 2013. Health-Promoting Components of Fruits and Vegetables in the Diet. Advance Nutrition. DOI: 10.3945/an.112.003517
- Larsson S. C., et. al. 2006. Fruit and Vegetable Consumption and Incidence of Gastric Cancer: a Prospective Study. Cancer Epidemiology, Biomarkers & Prevention. DOI: 10.1158/1055-9965.EPI-06-0402
- Sethi S. And Richter J. E. 2017. Diet and Gastroesophageal Reflux Disease: Role in Pathogenesis and Management. Current Opinion in Gastroenterology. DOI: 10.1097/MOG.0000000000000337
- Watzl B. 2008. Anti-inflammatory effects of plant-based foods and of their constituents. International Journal for Vitamin and Nutrition Research. DOI: 10.1024/0300-9831.78.6.293
- Abourashed E. A. 2013. Bioavailability of Plant-Derived Antioxidants. Antioxidants. DOI: 10.3390/antiox2040309
- Schaefer B. A., et. al. 2012. Cancer and Related Case Studies Involving Salvestrol and CYP1B1. Journal of Orthomolecular Medicine, 27(3).
- Minalyan A., et. al. 2017. Autoimmune Atrophic Gastritis: Current Perspectives. Clinical and Experimental Gastroenterology. DOI: 10.2147/CEG.S109123
- Khodarahmi M. And Azadbakht L. 2016. Dietary Fat Intake and Functional Dyspepsia. Advanced Biomedical Research. DOI: 10.4103/2277-9175.180988
- Ruiz-Ojeda F. J., et. al. 2019. Effects of Sweeteners on the Gut Microbiota: a Review of Experimental Studies and Clinical Trials. Advance Nutrition. DOI: 10.1093/advances/nmy037
- Di Lorenzo C., et. al. 2016. Evaluation of the Anti-Inflammatory Activity of Raisins (Vitis vinifera L.) in Human Gastric Epithelial Cells: a Comparative Study. International Journal of Molecular Sciences. DOI: 10.3390/ijms17071156
- Surdea-Blaga T., et. al. 2017. Food and Gatroesophageal Reflux Disease. Current Medicinal Chemistry. DOI: 10.2174/0929867324666170515123807
- Fujiwara Y., et. al. 2005. Association Between Dinner-to-Bed Time and Gastro-Esophageal Reflux Disease. American Journal of Gastroenterology. DOI: 10.1111/j.1572-0241.2005.00354.x
- Graves N. C. 2013. Acute Gastroenteritis. Primary Care: Clinics in Office Practice. DOI: 10.1016/j.pop.2013.05.006
- Çela L., et. al. 2013. Lifestyle Characteristics and Gastroesophageal Reflux Disease: a Population-Based Study in Albania. Gastroenterology Research and Practice. DOI: 10.1155/2013/936792
- Mard S. E., et. al. 2014. Dietary Factors in Relation to Helicobacter pylori Infection. Gastroenterology Research and Practice. DOI: 10.1155/2014/826910
- Rastelli M., et. al. 2018. Gut Microbes and Health: a Focus on the Mechanisms Linking Microbes, Obesity, and Related Disorders. Obesity. DOI: 10.1002/oby.22175
- Henning S. M., et. al. 2016. Health Benefit of Vegetable/Fruit Juice-Based Diet: Role of Microbiome. Scientific Reports. DOI: 10.1038/s41598-017-02200-6
- Slavin J. L. And Lloyd B. 2012. Health Benefits of Fruits and Vegetables. Advance Nutrition. DOI: 10.3945/an.112.002154.
- Sipponen P. And Maaroos H. 2015. Chronic Gastritis. Scandinavian Journal of Gastroenterology. DOI: 10.3109/00365521.2015.1019918
- Wirth H. And Yang M. 2016. Different Pathophysiology of Gastritis in East and West? A Western Perspective. Inflammatory Intestinal Diseases. DOI: 10.1159/000446300
- Singh R. K., et. al. 2017. Influence of Diet on the Gut Microbiome and Implications for Human Health. Journal of Translational Medicine. DOI: 10.1186/s12967-017-1175-y
- Lim S., et. al. 2013. Irregular Meal Timing is Associated with Helicobacter pylori Infection and Gastritis. ISRN Nutrition. DOI: 10.5402/2013/714970
- Wang Y. 2014. Medicinal Plant Activity on Helicobacter pylori Related Disease. World Journal of Gastroenterology. DOI: 10.3748/wjg.v20.i30.10368
- Watari J. 2014. Helicobacter pylori Associated Chronic Gastritis, Clinical Syndromes, Precancerous Lesions, and Pathogenesis of Gastric Cancer Development. World Journal of Gastroenterology. DOI: 10.3748/wjg.v20.i18.5461
- Varbanova M., et. al. 2014. Chronic Gastritis - an Update. Best Practice and Research Clinical Gastroenterology. DOI: 10.1016/j.bpg.2014.10.005
- Clemens R., et. al. 2015. Squeezing Fact from Fiction about 100% Fruit Juice. Advance Nutrition. DOI: 10.3945/an.114.007328
- Valdes A. M., et. al. 2018. Role of the Gut Microbiota in Nutrition and Health. BMJ Clinical Research. DOI: 10.1136/bmj.k2179